Cerita di Balik Kompetisi Sains CSC Ponpes Cendekia

Olimpiade  sains merupakan salah satu kompetisi untuk menunjukkan kemampuan peserta didik dalam belajar sains di sekolah. Pergelaran kompetisi sains menjadi agenda tahunan di dunia pendidikan yang kerap disebut OSN (Olimpiade Sains Nasional).

Dikutip dari situs wikipedia.org, berikut pengertian dari Olimpiade Sains Nasional.
Olimpiade Sains Nasional (OSN) adalah ajang berkompetisi dalam bidang sains bagi para siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA di Indonesia. Siswa yang mengikuti Olimpiade Sains Nasional adalah siswa yang telah lolos seleksi tingkat kabupaten dan provinsi dan karenanya adalah siswa-siswa terbaik dari provinsinya masing-masing.
Namun kali ini, kami tidak membahas OSN yang lebih berskala Nasional. Tapi, kali ini kami akan menceritakan pengalaman kami mengikuti lomba sains di pondok pesantren Cendekia Darul Lutviah Murnia (DLM) di Aik Lomak kecamatan Aikmel, Lombok Timur, provinsi Nusa Tenggara Barat.

Berikut cerita selelngkapnya....

Tepat jam 07.30 WITA kami berangkat menuju lokasi 1st Cendekia Sains Competition (CSC) di pondok pesantren Cendekia Darul Lutviah Murni (DLM) tepatnya di desa Aik Lomak, kecamatan Aikmel.

MTs NS Wanasaba

Kami mengutus dua orang siswi untuk mengikuti kompetisi sians ini, yaitu Hidayatul Hidayah kelas 9B dan Indrawati kelas 7A utusan dari MTs Nahdlatus Shaufiah Wanasaba, atau sering disingkat MTs NS Wanasaba. Meskipun kami tidak mampu juara, tapi kami sangat bangga kepada siswi kami yang sudah berusaha keras dan masuk 10 besar sebagai finalis dan hanya mampu mendapatkan peringkat ke-4 dalam kompetisi sains pada mata pelaran IPA.

Setelah menempuh jarah yang lumayan jauh dari lokasi kami di Wanasaba, tibalah saatnya kami sampai tujuan yakni di ponpes Cendekia. Sambutan hangat dari para siswa seraya mengucapkan salam membuat kami bahagia karena para santri ditugaskan untuk menyambut tamu atau peserta olimpiade sains dan ditugaskan di masing-masing titik yang berbeda.

Kompetisi Sains
 Kegiatan olimpiade sains CSC

Saat mengikuti acara pembukaan olimpiade sains CSC kemarin, kami sangat kagum atas sambutan 'mudhir' atau pimpinan ponpes Cendekia yakni Dr. H. M. Mugni Sn., M.Pd. M.Kom. Saat pidato pembukaan olimpiade sains di Cendekia beliau memaparkan bagaimana kecintaan beliau kepada ilmu pengetahuan dan haus akan ilmu, dan mendapatkan banyak gelar sarjana dari program studi yang berbeda-beda yakni gelas Drs. dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di FKIP Universitas Mataram, gelar S.S. dari UNW Mataram dengan prodi Sastra Inggris, gelar S.H. dari Fakultas Hukum UNW Mataram, dan gelar S.Sos.I dari IAIH Hamzanwadi Lombok Timur. Dan melanjutkan program pasca sarjana dua kali dengan program studi yang berbeda-beda juga yakni gelar M.Pd. dan M.Kom. Kemudian pendidikan terakhir beliau yaitu S3 dengan gelar Doktor Pendidikan. Sungguh prestasi yang luar biasa!

Foto : Pimpinan pondok pesantren Cendekia DLM Aik Lomak bersama pemenang lomba,
Bapak Dr. H. M. Mugni Sn., M.Pd. M.Kom.

Cerita beliau sangat menginspirasi kami yang hadir saat mengikuti acara olimpiade sains di Cendekia dalam agenda 1st CSC (Cendekia Sains Competition) kala itu. Kami tidak hanya mendapatkan pengalaman berharga di sana. Namun kami mendapatkan inspirasi yang begitu luar biasa dari sosok pendiri ponpes Cendekia, dan memotivasi kami untuk terus belajar tak pandang usia. Terkadang kami merasa malu generasi muda seperti kami belum bisa mengikuti jejak beliau yang haus akan ilmu pengetahuan, baru mendapatkan gelar sarjana rasanya sudah bangga dan merasa berpendidikan tinggi. 

 Suasana asri pemandangan ponpes Cendekia

Nama Cendekia sudah tidak asing lagi di telinga saya, namun saya baru pertama kali berkunjung ke sana saat kompetisi sains kemarin. Saya sangat terkesan dari konsep pendidikan yang diterapkan di Ponpes Cendekia DLM Aik Lomak, karena mereka lebih mengutamakan konsep kearifan lokal dan menjunjung tinggi nilai budaya adat Sasak Lombok, yakni kelas atau tempat belajar mereka didesain dengan menggunakan 'berugak' (Rumah-rumahan adat Sasak Lombok) yang menjadi ciri khas adat suku Sasak, di atas berugak dibuat ruangan khusus untuk para pengasuh santri, di bawah berugak terdapat kolam ikan dengan genangan air yang begitu deras mengalir secara alami, dan uniknya lagi di sana harus menggunakan bahasa inggris dan bahasa arab yang menjadi syarat wajib bagi santri dalam berkomunikasi baik sesama santri maupun kepada ustadz dan ustadzah mereka.

 Penunjuk arah di ponpes Cendekia

Konsep belajar yang sangat menyenangkan, jauh dari perkotaan dan suasana lingkungan belajar yang masih alami, belum tersentuh budaya luar yang bisa menunjang proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang baik bagi santri karena santri tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat seperti pengaruh pergaulan anak remaja, dll. Karena jauh dari pemukiman warga setempat. Sangat unik dan menarik sekali konsep belajar yang diterapkan oleh ponpes Cendekia DLM Aik Lomak. Semoga semakin banyak ponpes-ponpes yang bernuansa seperti ini khususnya di kabupaten Lombok Timur, yang lebih mengedepankan budaya lokal namun tidak mau kalah dengan perkembangan dunia internasional karena mereka menerapkan siswa harus diwajibkan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Para pemenang olimpiade CSC mata pelajaran IPA untuk tingkat SD-SMP

Itulah sedikit pengalaman kami ikut kompetisi sains di pondok pesantren Cendekia, semoga ke depannya kami bisa lebih berprestasi lagi dalam ajang lomba sains ini. Terima kasih buat para panitia kompetisi yang sudah memberikan pelayanan kepada kami saat kompetisi sains ini berlangsung. 🙌

*Suber foto : Dokumentasi pribadi dan diambil dari grup facebook ponpes Cendekia
 
#Guru IPA MTs NS Wanasaba

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cerita di Balik Kompetisi Sains CSC Ponpes Cendekia"

Posting Komentar